Ust. Wachid Romadlon, Lc |
dilakukan dengan benar akan membuahkan hubungan mesara antara seorang
hamba dengan Rabnya. Maka tidak heran jika kemudian setiap gerak dan perbuatan seorang muslim akan selalu bernuansa ketaatan, pribadinya indah karena selalu
diliputi oleh cahaya takwa.
Salat yang dilakukan dengan khusyu bak taman indah untuk bercengkrama dengan
kekasih, oase bagi jiwa yang kekeringan.
Sebaliknya, salat tanpa khusyu hanyalah seperti jasad tanpa ruh. Dia hanya menjadi
gerakan tanpa makna, bahkan rutinitas yang membosankan. Salat yang jauh dari
khusyu hanya melelahkan jasad, dan tidak mendatangkan ketenangan, apalagi
memberikan pengaruh kebaikan dalam prilaku. Jadi tidak heran kalau banyak
orang yang melaksanakan salat, tapi juga tetap asyik berbuat kemungkaran dan
krusakan.
Rsulullah Saw. pernah menegaskan bahwa hal yang pertama kali hilang dari
umtnya adalah khusyu.
Nai Saw. bersabda, "Hal pertama yang akan diangkat dari umat ini adalah khusyu,
sapai-sampai engkau tidak akan melihat seorang yang khusyu." (HR. Thabrani)
sedngkan hal yang paling lama bertahan pada umatnya adalah salat.
DariAbu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, "… dan perkara yang paling lama
bertahan adalah salat" terbayang kepadaku beliau mengatakan, "Bisa jadi suatu
kaum salat tapi tidak mendapat pahala apa-apa" (Musnad Abu Ya`la :6634,
didhaifkan oleh seikh Al-Bani dalam Silsilah Dha`ifah wal Maudhu`ah)
Dengan kata lain, banyak umat Muhammad Saw. di akhir zaman yang salatnya
tanpa ruh, tanpa khusyu, sebatas menggugurkan kewajiban saja. Pada saat
itulah salat tidak lagi menjadi kontrol atas perilaku keji dan munkar, dia hanya
gerakan "senam" tanpa makna.
Perintah untuk menghadirkan khusyu dalam salat
Allah berfirman dalam al-Quran:
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’." (QS. Al-Baqarah: 45)
"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’
dalam shalatnya." (QS. Al-Mukminun: 1-2)
Dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:
"Allah senantiasa menghadap kepada hamba-Nya (ketika salat) selama hamba
tersebut tidak mamalingkan wajahnya. Namun apabila dia memalingkan wajahnya,
Allah juga akan berpaling darinya." (al-Mustadrak Imam Hakim)
Ibnul Qayyim pernah mengatakan bahwa seorang hamba mempunyai dua mauqif
(tempat berdiri), kalau mauqif yang pertama baik, maka yang kedua akan baik, yaitu
mauqif salat dan mauqif hisab (perhitungan amal).
Khusyu Rasulullah Saw, para sahabat, dan tabi`in.
Khusyunya Rasulullah Saw.
Salat bagi Rasulullah Saw. adalah sarana menenagkan jiwa yang selalu dirindu,
sehingga beliu pernah bersabda, "Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam salat." Nah,
bagaimanakan sifat salat Rasulullah Saw. ?
Dari Abdullah bin Syukhair Ra. beliau menceritakan, "Saya mendatangi Nabi Saw.
saat beliau sedang salat dan dari jauf (daerah antara tenggorokan sampai ke mulut)
ya terdengar suara seperti air mendidih karena menangis." (HR. Abu Daud dan
Nasa`I, disahihkan oleh al-Bani)
Atho dan Ibnu Umair pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: " Ceritakan kepadaku apa
yang paling Anda kagumi dari Rasulullah?" Aisyah sejenak terdiam lalu berkata, "
Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk salat, beliau berkata: "Wahai Aisyah
biarkan aku menyembah Tuhanku." Aku berkata, "Sesungguhnya aku senang
bersamamu dan aku senang menyenangkanmu". Beliau pun bangun dan salat, lalu
menangis dalam salatnya sehingga janggutnya basah, beliau terus saja manangis
sampai lantai kamarku basah (karena air mata beliau). Lalu berkumandanglah
adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena
menangis, Bilal pun bertanya, " Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis
padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang
banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang rugilah orang yang
membacanya dan tidak menghayatinya (yaitu ayat Ali Imran 190-194)." (Sahih Ibnu
Hibban).)
Khusyu Abu Bakar Ra.
Dari Aisyah Ra. berkata, "Ketika sakit Rasulullah Saw. semakin parah, Bilal
mengumadangkan azan untuk salat. Beliau Saw. mengatakan, "Perintahkan Abu
bakar untuk mengimami salat!" Aku mengatakan, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Abu Bakar itu orang yang cengeng, jika dia menggantikan posisi Anda, dia tidak
akan bersuara, perintahkan umar saja!" tapi beliau berkata lagi, "Perintahkan Abu
Bakar mengimami salat." (HR. Bukhari Muslim)
Khusyu Umar bin Khattab
Umar yang perkasa itu adalah orang yang sangat mudah menangis dalam salat dan
ketika membaca atau mendengar al-Quran, sehingga di pipinya tergambar dua garis
karena terlalu sering airmatanya mengalir.
Urwah bin Zubair
Dalam perjalanan dari Madinah ke Damaskus, beliau menjalani amputasi kaki,
tapi tanpa obat bius, beliau memerintahkan agar amputasi dilaksanakan ketika
beliau sujud dalam salat. Akhirnya amputasipun sukses tanpa bius. Khusyunya
mengalahkan sayatan gergaji yang memotong kakinya.
Sufyan ats-Tsauri
Suatu saat setelah melaksanakan salat maghrib di Masjidil Haram, Sufyan
berdiri lagi untuk melaksanakan salat sunat. Ketika sujud, dia tenggelam dalam
khusyu yang sangat dalam, dan baru mengangkat kepalanya ketika azan Isya
berkumandang.
Ibnu taimiyah
Murid-murid Ibnu Taimiyah selalu bersiap-siap menyangga tubuh beliau menjelang
takbiratul ihram. Tubuh sang Guru ini selalu bergetar dan hampir jatuh saat
takbiratul ihram karena takut kepada Allah.
Makna khsuyu`
Ibnu al Qayyim al Jauziyah mendevinisikan khusyu dengan merendahkan hati di
hadapan (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara gaib.
Khusyu hati akan melahirkan khusyu anggota badan. Ketika hati seorang muslim
merasakan bahwa dirinya sedang berdiri di depan Sang Khalik Swt. tentu seluruh
anggota badannya akan mengikutinya dengan diam penuh kepasrahan. Inilah yang
disebut dengan khusyu mukmin. Sa`id bin al-Musayyab mengatakan," Kalau hati
telah khusyu maka seluruh anggota badan akan khusyu juga."
Sebaliknya, ketika hati sibuk dengan perkara dunia maka gerakan salat akan jauh
dari sempurna, jauh dari tumakninah dan setan semakin bersemangat meniupkan
was-was ke dalam hatinya. Inilah yang disebut oleh Rasulullah Saw. sebagai pencuri
salat.
Rasulullah saw. bersabda, " Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri
salat." "Bagaimana itu wahai Rasulullah?", tanya sahabat. "Mereka yang tidak
menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih)
Khusyu yang harus diwaspadai oleh seorang muslim adalah khusyu nifaq, yaitu
ketika seluruh anggota badan terlihat tenang, gerakan salat sempurna dan
tumakninah, padahal sebenarnya Allah tidak hadir dalam hatinya. Dia hanya
mengharapkan pujian dan penilaian manusia. Inilah sifat salat orang munafik, penuh
dengan kepura-puraan dan riya.
Langkah meraih khusyu dalam salat
Bagaimanakah cara meraih khusyu yang sebeanrnya? Berikut ini adalah beberapa
tips -yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan salat- yang akan mengantarkan
kepada salat yang khusyu insya Allah.
1. Segera bersiap ketika azan berkumandang dan lebih awal hadir di Masjid.
Aisyah menuturkan, "Rasulullah Saw. selalu membantu pekerjaan keluargaya, tapi
setiap kali waktu salat tiba beliau segera beranjak –dalam lafal yang lain- seakan-
akan beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau."
2. Tuntaskan perkara yang akan mengganggu khusyu, seperti makan, buang
air dan lain-lain.
Abu Darda` berkata, "Salah satu bukti pahamnya seseorang (terhadap agamanya)
adalah menuntaskan hajatnya sebelum mulai salat, sehingga masuk dalam salat
dengan hati yang khusyu."
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tidak baik salat di hadapan makanan" (Muslim).
Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam sudah siap dan datang waktu salat,
maka dahulukan makan malam" (Bukhari).
3. Hindari pakaian yang bergambar
Disunahkah memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan
menarik pandangan orang yang salat dan mengganggu konsentrasinya dalam salat.
Rasulullah pernah salat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni
lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).
4. Memakai wangi-wangian dan menghindari bau mulut yang tidak sedap.
Dari Anas Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, " Dicintakan kepadaku dari dunia
ini: wanita, dan wangi-wangian. Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam salat" (HR.
Thabrani)
Rasulullah Saw. bersabda, "barangsiapa makan dari pohon ini (maksudnya bawang
merah) maka jangan mendekati masjid kami, dan jangan menyakiti kami dengan bau
bawang putih." (HR. Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)
5. Berangkat ke masji dengan tenang dan tidak berlari.
Rasulullah Saw. bersabda,
6. Berwudlu dengan sempurna
Imam Zainal Abidin Setiap kali selesai berwudlu, wajahnya berubah pucat dan
tubuhnya bergetar. Ketika ditanya tentang hal itu, beliau menjawab, "Tahukah
engkau, di depan siapa sebantar lagi aku akan berdiri?"
7. Mangawali dengan salat sunat dan zikir.
8. Mengingat kematian.
Hatim al Asham ketika ditanya bagaimana cara khusyu, dia mengatakan, "Saya
membayangkan surga di sisi kananku, neraka di sisi kiriku, shirath tepat di bawahku,
ka`bah di hadapanku, malaikat maut di atas kepalaku, dosaku mengelilingiku,
pandangan Allah melihat kepadaku, dan aku mengira itu salat terakhir dalam
hidupku, aku hadirkan keikhlasan semampuku, dan aku pasrah, aku tidak tahu
apakah Allah akan menerimanya."
9. Memasang sutrah (pembatas salat).
Sebaiknya ketika salat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau
pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu
oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi. Rasulullah s.a.w.
bersabda, " Hendaklah kalian ketika salat menaruh pembatas di depannya agar
syetan tidak memutuskan salatnya." (Abu Dawud: sahih)
10. Memaknai takbiratul ihram
Ihram artinya mengharamkan, istilah takbiratul ihram karena takbir tersebut
mengharamkan perkara-perkara boleh dilakukan sebelum masuk ke dalam salat.
11. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.
Rasulullah s.a.w. bersabda," Kami para nabi diperintahkan agar dalam salat
meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad
menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah
dengan khusyu'. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap
seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih
mengantarkan kepada kekhusyu'an.
12. Membaca al-Quran dengan tartil.
Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an.
Allah berfirman,
"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam
hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua
itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-
lahan (tartil). (QS. Al-Muzammil: 1-4)
Sifat bacaan Nabi Saw.
Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam salat dengan
basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca
arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).
13. Membaca dengan suara merdu
Rasulullah s.a.w. berpesan, "Perindahlah al-Qur'an dengan suaramu yang merdu,
karena suara yang indah akan memperindah al-Quran" (Hakim:sahih). Dalam hadist
lain beliau bersabda, "Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran,
adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada
Allah. (Ibnu Majah: sahih).
14. Membaca dengan tadabbur.
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-
orang yang mempunyai fikiran." (QS. Shad: 29)
Dialog antara Allah dan hambanya dalam surat al-Fatihah
Rasulullah Saw. bersabda bahwa Allah Swt berfirman (dalam hadits qudsi), "Aku
membagi salat untuk-Ku dan untuk hamba-Ku menjadi dua bagian. Setengah
untuk-Ku, setengah lainnya untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku apa yang dia minta.
Jika hamba membaca "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" maka Allah Azza wa Jalla
mengatakan "Hamba-Ku memujiku", jika hamba membaca "ar rahmanirrahim"
maka Allah berkata, "hamba-Ku menyanjung-Ku ", jika hamba membaca "Maliki
Yaumiddin" maka Allah berkata "hamba-Ku mengagungkan-Ku", jika hamba
membaca "Iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in" maka Allah berkata, "Ayat ini
antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya", jika hamba
membaca," Ihdinash shiratal mustaqim, shiratal lazhina an`amta `alaihim ghairil
maghdhubi `alaihim waladh dhaliin" maka Allah berkata, "Itu semua untuk hamba-Ku,
dan bagi hamba-Ku itu apa yang dia minta."
15. Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud.
Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika salat beliau menundukkan kepalanya, dan
pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim: sahih).
Nah, Bolehkah memejamkan mata dalam salat?
Pendapat sebagian orang yang melakukan salat dengan memejamkan mata dengan
dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhusyu'an. Sesungguhnya itu bertentangan
dengan contoh yang diberikan Rasulullah Saw. Beliau diriwayatkan tidak pernah
salat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat
mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat salat
hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan
tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata
terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat
salat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.
Larangan melihat ke atas
Ketika salat, pandangan tidak boleh mengarah ke atas, berdasarkan hadits
Rasulullah Saw, "Ada orang-orang salat sambil menghadap ke atas, mudah-
mudahan matanya tidak kembali" (HR. Ahmad:sahih).
16. Perbanyak doa saat sujud
Berdoa dalam salat, khususnya saat sujud. Rasulullah Saw. bersabda, "Posisi yang
paling dekat antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah
berdoa ketika sujud" (Muslim).
17. Tumakninah
Tumakninah artinya tenang dan tidak tergesa-gesa, atau diam sejenak sehingga
dapat menyempurnakan rukun salat, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya
dapat berada pada tempatnya dengan sempurna. Tumakninah adalah salah satu
rukun salat, sehingga kalau terlewati maka salat seorang muslim tidak sempurna.
Diriwayatkan dalam hadits bahwa Rasulullah Saw. menyuruh seorang yang
salat tergesa-gesa dan tidak tumakninah. Beliau mengatakan, "Salatlah, karena
sebenarnya engkau belum salat"
Selain beberapa hal di atas, seorang yang ingin meraih khusyu perlu
melakukan beberapa langkah penting, walaupun tidak langsung berhubungan
dengan mekanisme palaksanaan salat, tapi akan sangat berpengaruh dalam meraih
khusyu dalam salat.
Pertama, taubat dan meninggalkan maksiat.
Imam Abu Hanifah berkata kepada muridnya yang sulit bangun malam untuk
qiyamullail," Dosamu membelenggumu).
Hati yang selalu disiram dengan istighfar kepada Allah akan selalu tersambung
kepada Allah, sedangkan hati yang selalu terisi oleh noda dosa dan maksiat akan
sulit tersambung kepada-Nya.
Kedua, latihan dan pembiasaan
Setiap orang akan merasa kesulitan setiap kali manjalani aktifitas yang baru.
Namun semakin lama seseorang berlatih dan membiasakan diri, maka perkara yang
awalnya sulit akan menjadi mudah.
Ketiga, berdoa kepada Allah agar diberikan khusyu dalam salat.
"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak
pernah kenyang, dari mata yang tidak dapat menangis (karena takut kepada Allah),
dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabulkan."
Penghalang khusyu
Kita sering merasa kesulitan untuk khusyu, padahal semua persiapan sudah kita
lakukan, mulai dari berangkat awal waktu ke masjid, mendengar bacaan imam,
berusaha memahami maknanya, dan semua persiapan teknis seputar salat.
Pada kondisi ini, mungkin kita harus banyak evaluasi dan muhasabah, karena
kemungkinan besar kita sedang menderita penyakit yang berbahaya.
Hati yang keras
Hati yang diliputi oleh noda maksiat akan redup sinarnya, sehingga sulit tersambung
kepada Allah. Hati yang terbiasa akrab dengan dosa, akan sulit menjalin kemesraan
dengan sang Khaliq.
Allah Swt mengigatkan hambanya agar menjauhi hal-hal yang mengeraskan hati,
menjauhkannya dari mengingat Allah. Allah Swt mencela Bani Israil yang hatinya
lebih keras dari batu karena menolak kebenaran.
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal
di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 74)
Kemudian mengingatkan kaum beriman agar tidak mengikuti langkah mereka. Allah
berfirman,
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al Hadid: 16)
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.
Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling
baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang (1) gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit
dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak
ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. Azzumar: 22-23)
Perkara-perkara yang mengeraskan hati dan solusinya:
1. Tidak komitmen dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.
Ini pernah terjadi pada Bani Israel, mereka melanggar janji untuk berkomitmen
kepada aturan Allah, memalsukan firman-firman Allah, bahkan membuangnya
sesuka nafsu mereka.
"(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati
mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya
(2) , dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan
dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka
kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka ma’afkanlah mereka dan
biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al
Maidah:13)
Maka, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk komitmen dalam
mentaati Allah. Seraya berdoa agar Allah mengutakan langkah dan hati agar
senantiasa istiqomah di dalamnya. Rasulullah Saw selalu berdoa, "Wahai Allah Dzat
yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu ". Beliau
juga selalu berdoa setelah salat ,"Ya Allah bantulah aku untuk selalu mengignat-Mu,
bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu."
2. Banyak bermaksiat, baik lisan, mata, atau anggota badan.
Maksiat yang kita lakukan akan membuahkan titik hitam yang menutup kejernihan
hati.
Allah Swt berfirman ,
"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu (ran)menutup
hati mereka." (QS Al-Muthaffifin: 14)
Umar bin Khattab pernah mingingatkan, " Apabila kamu kehilangan lezatnya munajat
kepada Allah, manisnya membaca ayat-ayat Allah, khusyu hati saat menghadap-
Nya, dan jiwamu malas diajak melakukan ketaatan, waspadalah !! karena mungkin
dosa matamu sudah terlalu banyak."
Nah, bagaimana cara menjernihkan hati yang sudah tertimbun noda hitam dosa?
Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya hati itu berkarat seperti berkaratnya besi" ,
sahabat bertanya, Wahai Rasulullah apa yang dapat membersihkannya? Beliau
menjawab, "tilawah al Quran."
Untuk membersihkan dosa maksiat sehingga hati kembali jernih, Rasulullah Saw
memberikan resep,
"Seorang hamba jika melakukan dosa, maka akan timbul dalam hatinya titik hitam.
Jika kemudian dia berhenti melakukan dosa itu lalu beristighfar dan bertobat maka
hatinya akan jernih kembali. Tapi jika dia kembali mengulang-ngulang dosa itu
maka kotoran hitam akan menyelimuti hatinya. Itulah ran yang Allah sebutkan (Sekali-
kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu (ran)menutup hati
mereka)" (HR. Tirmidzi)
3. Terlalu banyak bicara hal-hal yang menjauhkan dari mengingat Allah.
Rasulullah Saw. bersabda,
"Jangan terlalu banyak bicara dengan pembicaraan yang tidak mengingatkan kepada Allah
karena itu akan mengeraskan hati. Dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang keras
harinya. " (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, seorang mukmin harus selalu menyadari bahwa setiap kata yang
keluar dari lidahnya tidak lepas dari catatan malaikat, "Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."(QS Qaf: 18)
"Aku menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan berdebat
walaupun dia benar, aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang
meninggalkan berbohong walaupun hanya untuk bercanda, dan rumah di surga yang
tertinggi bagi orang yang baik akhlaknya." (HR. Abu Daud)
4. Terlalu banyak tertawa dan bercanda.
"Janganlah memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati" (HT
Tirmidzi)
5. Panjang angan-angan dan lupa kematian
Rasulullah Saw. bersabda, "Aku minta izin kepada Allah untuk memohonkan ampun bagi
ibuku tapi tidak diizinkan, aku juga meminta izin untuk menziarahi kubur beliau maka Allah
mengizinkannya. Ziarahlah ke kubur karena itu mengingatkan kematian " (HR. Ahmad)
Was-was
Was- was adalah salah satu senjata setan untuk menggoda manusia. Setan sudah
memproklamasikan permusuhannya terhadap keturunan Adam setelah dirinya terusir
dari Surga.
Allah berfirman,
"Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).(QS Al A`raf: 16-17)
Setan tidak pernah beristirahat menggoda manusia, bahkan pada saat salat bisikan
setan lebih ekstrim.
Gejala was-was baik dalam salat maupun yang lain bisa dilihat dengan jelas. Dalam
salat misalnya, ada orang yang mengulang-ulang takbiratul ihram berkali-kali,
mengulang bacaan dan huruf berkali-kali, bahkan ada yang membatalkan salatnya
di tengah jalan karena anggapan bahwa ada yang salah dalam salatnya. Dalam
wudlu biasanya orang yang terkena was-was akan mengulang-ulang membasuh
bagian wudlu, menghabiskan waktu dan air yang cukup banyak. Rasulullah Saw.
bersabda, "Sesungguhnya pada wudlu ada setan yang bernama Walhan, maka waspadalah
dari was-was pada air."
Bagaimanakah cara melepaskan diri dari was-was?
Di antara wasiat Rasulullah Saw untuk mencegah was-was adalah,
"Jika di antara kalian merasakan ada gerakan pada duburnya, kemudian ragu apakah
batal wudhunya atau tidak, hendaklah dia teruskan salatnya hingga mendengar suara atau
mencium bau." (HR. Ahmad)
" Apabila Rasulullah Saw buang air kecil, maka beliau berwudlu dan memercikkan air (ke
celananya )" (HR. Abu Daud). Hal ini dilakukan untuk mencegah was-was
Dalam fiqih, orang yang sudah yakin melakukan taharah kemudian ragu apakah
sudah hadats atau belum, maka dia tetap dalam kondisi suci (sudah thaharah). Dan
sebaliknya jika seseorang pada dasarnya yakin sudah hadats tapi kemudian ragu
apakah dia sudah thaharah atau belum, maka dia dihukumi masih hadats. Jadi ragu
tidak menggeser yakin.
Orang yang menderita was-was harus berani melawan bisikan dalam dirinya, dan
meyakini bahwa mengikuti was-was adalah tindakan yang bertentangan dengan
ajaran islam.
Dua hal di atas merupakan penghalang khusyu` yang sering dijumpai. Maka mari
sekuat tenaga kita menghindarkan diri dari perkara tersebut.
Penutup
Demikianlah beberapa langkah untuk meraih salat khusyu. Semoga Allah
memudahkan langkah dan menguatkan hati meraih kenikmatan khusyu, sehingga
salat kita berbuah kebaikan, menggugurkan dosa, menghalangi dari perilaku
keji, dan menjadi taman hati yang selalu dirindu, bukan rutinitas yang justru
membosankan. Wallahu A`lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar