Laman

Senin, 30 September 2013

Meraih Khusyu dalam Salat

Ust. Wachid Romadlon, Lc
Salat adalah sarana seorang muslim berkomunikasi dengan Allah. Salat yang

dilakukan dengan benar akan membuahkan hubungan mesara antara seorang

hamba dengan Rabnya. Maka tidak heran jika kemudian setiap gerak dan perbuatan seorang muslim akan selalu bernuansa ketaatan, pribadinya indah karena selalu

diliputi oleh cahaya takwa.

 Salat yang dilakukan dengan khusyu bak taman indah untuk bercengkrama dengan

kekasih, oase bagi jiwa yang kekeringan.
Sebaliknya, salat tanpa khusyu hanyalah seperti jasad tanpa ruh. Dia hanya menjadi
gerakan tanpa makna, bahkan rutinitas yang membosankan. Salat yang jauh dari
khusyu hanya melelahkan jasad, dan tidak mendatangkan ketenangan, apalagi
memberikan pengaruh kebaikan dalam prilaku. Jadi tidak heran kalau banyak
orang yang melaksanakan salat, tapi juga tetap asyik berbuat kemungkaran dan
krusakan.

Rsulullah Saw. pernah menegaskan bahwa hal yang pertama kali hilang dari

umtnya adalah khusyu.

Nai Saw. bersabda, "Hal pertama yang akan diangkat dari umat ini adalah khusyu,

sapai-sampai engkau tidak akan melihat seorang yang khusyu." (HR. Thabrani)

sedngkan hal yang paling lama bertahan pada umatnya adalah salat.

DariAbu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, "… dan perkara yang paling lama

bertahan adalah salat" terbayang kepadaku beliau mengatakan, "Bisa jadi suatu

kaum salat tapi tidak mendapat pahala apa-apa" (Musnad Abu Ya`la :6634,

didhaifkan oleh seikh Al-Bani dalam Silsilah Dha`ifah wal Maudhu`ah)

 Dengan kata lain, banyak umat Muhammad Saw. di akhir zaman yang salatnya

tanpa ruh, tanpa khusyu, sebatas menggugurkan kewajiban saja. Pada saat

itulah salat tidak lagi menjadi kontrol atas perilaku keji dan munkar, dia hanya

gerakan "senam" tanpa makna.

Perintah untuk menghadirkan khusyu dalam salat

Allah berfirman dalam al-Quran:

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.

Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang

khusyu’." (QS. Al-Baqarah: 45)

"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’

dalam shalatnya." (QS. Al-Mukminun: 1-2)

Dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:

"Allah senantiasa menghadap kepada hamba-Nya (ketika salat) selama hamba

tersebut tidak mamalingkan wajahnya. Namun apabila dia memalingkan wajahnya,

Allah juga akan berpaling darinya." (al-Mustadrak Imam Hakim)

Ibnul Qayyim pernah mengatakan bahwa seorang hamba mempunyai dua mauqif

(tempat berdiri), kalau mauqif yang pertama baik, maka yang kedua akan baik, yaitu

mauqif salat dan mauqif hisab (perhitungan amal).

Khusyu Rasulullah Saw, para sahabat, dan tabi`in.

Khusyunya Rasulullah Saw.

Salat bagi Rasulullah Saw. adalah sarana menenagkan jiwa yang selalu dirindu,

sehingga beliu pernah bersabda, "Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam salat." Nah,

bagaimanakan sifat salat Rasulullah Saw. ?

Dari Abdullah bin Syukhair Ra. beliau menceritakan, "Saya mendatangi Nabi Saw.

saat beliau sedang salat dan dari jauf (daerah antara tenggorokan sampai ke mulut)

ya terdengar suara seperti air mendidih karena menangis." (HR. Abu Daud dan

Nasa`I, disahihkan oleh al-Bani)

Atho dan Ibnu Umair pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: " Ceritakan kepadaku apa

yang paling Anda kagumi dari Rasulullah?" Aisyah sejenak terdiam lalu berkata, "

Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk salat, beliau berkata: "Wahai Aisyah

biarkan aku menyembah Tuhanku." Aku berkata, "Sesungguhnya aku senang

bersamamu dan aku senang menyenangkanmu". Beliau pun bangun dan salat, lalu

menangis dalam salatnya sehingga janggutnya basah, beliau terus saja manangis

sampai lantai kamarku basah (karena air mata beliau). Lalu berkumandanglah

adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena

menangis, Bilal pun bertanya, " Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis

padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang?"

Rasulullah Saw. menjawab, "Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang

banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang rugilah orang yang

membacanya dan tidak menghayatinya (yaitu ayat Ali Imran 190-194)." (Sahih Ibnu

Hibban).)

 Khusyu Abu Bakar Ra.

Dari Aisyah Ra. berkata, "Ketika sakit Rasulullah Saw. semakin parah, Bilal

mengumadangkan azan untuk salat. Beliau Saw. mengatakan, "Perintahkan Abu

bakar untuk mengimami salat!" Aku mengatakan, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya

Abu Bakar itu orang yang cengeng, jika dia menggantikan posisi Anda, dia tidak

akan bersuara, perintahkan umar saja!" tapi beliau berkata lagi, "Perintahkan Abu

Bakar mengimami salat." (HR. Bukhari Muslim)

Khusyu Umar bin Khattab

 Umar yang perkasa itu adalah orang yang sangat mudah menangis dalam salat dan

ketika membaca atau mendengar al-Quran, sehingga di pipinya tergambar dua garis

karena terlalu sering airmatanya mengalir.

Urwah bin Zubair

Dalam perjalanan dari Madinah ke Damaskus, beliau menjalani amputasi kaki,

tapi tanpa obat bius, beliau memerintahkan agar amputasi dilaksanakan ketika

beliau sujud dalam salat. Akhirnya amputasipun sukses tanpa bius. Khusyunya

mengalahkan sayatan gergaji yang memotong kakinya.

Sufyan ats-Tsauri

Suatu saat setelah melaksanakan salat maghrib di Masjidil Haram, Sufyan

berdiri lagi untuk melaksanakan salat sunat. Ketika sujud, dia tenggelam dalam

khusyu yang sangat dalam, dan baru mengangkat kepalanya ketika azan Isya

berkumandang.

Ibnu taimiyah

Murid-murid Ibnu Taimiyah selalu bersiap-siap menyangga tubuh beliau menjelang

takbiratul ihram. Tubuh sang Guru ini selalu bergetar dan hampir jatuh saat

takbiratul ihram karena takut kepada Allah.

Makna khsuyu`

Ibnu al Qayyim al Jauziyah mendevinisikan khusyu dengan merendahkan hati di

hadapan (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara gaib.

Khusyu hati akan melahirkan khusyu anggota badan. Ketika hati seorang muslim

merasakan bahwa dirinya sedang berdiri di depan Sang Khalik Swt. tentu seluruh

anggota badannya akan mengikutinya dengan diam penuh kepasrahan. Inilah yang

disebut dengan khusyu mukmin. Sa`id bin al-Musayyab mengatakan," Kalau hati

telah khusyu maka seluruh anggota badan akan khusyu juga."

Sebaliknya, ketika hati sibuk dengan perkara dunia maka gerakan salat akan jauh

dari sempurna, jauh dari tumakninah dan setan semakin bersemangat meniupkan

was-was ke dalam hatinya. Inilah yang disebut oleh Rasulullah Saw. sebagai pencuri

salat.

Rasulullah saw. bersabda, " Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri

salat." "Bagaimana itu wahai Rasulullah?", tanya sahabat. "Mereka yang tidak

menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih)

Khusyu yang harus diwaspadai oleh seorang muslim adalah khusyu nifaq, yaitu

ketika seluruh anggota badan terlihat tenang, gerakan salat sempurna dan

tumakninah, padahal sebenarnya Allah tidak hadir dalam hatinya. Dia hanya

mengharapkan pujian dan penilaian manusia. Inilah sifat salat orang munafik, penuh

dengan kepura-puraan dan riya.

Langkah meraih khusyu dalam salat

Bagaimanakah cara meraih khusyu yang sebeanrnya? Berikut ini adalah beberapa

tips -yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan salat- yang akan mengantarkan

kepada salat yang khusyu insya Allah.

1. Segera bersiap ketika azan berkumandang dan lebih awal hadir di Masjid.

Aisyah menuturkan, "Rasulullah Saw. selalu membantu pekerjaan keluargaya, tapi

setiap kali waktu salat tiba beliau segera beranjak –dalam lafal yang lain- seakan-
akan beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau."

2. Tuntaskan perkara yang akan mengganggu khusyu, seperti makan, buang

air dan lain-lain.

Abu Darda` berkata, "Salah satu bukti pahamnya seseorang (terhadap agamanya)

adalah menuntaskan hajatnya sebelum mulai salat, sehingga masuk dalam salat

dengan hati yang khusyu."

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tidak baik salat di hadapan makanan" (Muslim).

Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam sudah siap dan datang waktu salat,

maka dahulukan makan malam" (Bukhari).

3. Hindari pakaian yang bergambar

Disunahkah memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan

menarik pandangan orang yang salat dan mengganggu konsentrasinya dalam salat.

Rasulullah pernah salat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni

lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).

4. Memakai wangi-wangian dan menghindari bau mulut yang tidak sedap.

Dari Anas Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, " Dicintakan kepadaku dari dunia

ini: wanita, dan wangi-wangian. Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam salat" (HR.

Thabrani)

Rasulullah Saw. bersabda, "barangsiapa makan dari pohon ini (maksudnya bawang

merah) maka jangan mendekati masjid kami, dan jangan menyakiti kami dengan bau

bawang putih." (HR. Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)

5. Berangkat ke masji dengan tenang dan tidak berlari.

Rasulullah Saw. bersabda,

6. Berwudlu dengan sempurna

Imam Zainal Abidin Setiap kali selesai berwudlu, wajahnya berubah pucat dan

tubuhnya bergetar. Ketika ditanya tentang hal itu, beliau menjawab, "Tahukah

engkau, di depan siapa sebantar lagi aku akan berdiri?"

7. Mangawali dengan salat sunat dan zikir.

8. Mengingat kematian.

Hatim al Asham ketika ditanya bagaimana cara khusyu, dia mengatakan, "Saya

membayangkan surga di sisi kananku, neraka di sisi kiriku, shirath tepat di bawahku,

ka`bah di hadapanku, malaikat maut di atas kepalaku, dosaku mengelilingiku,

pandangan Allah melihat kepadaku, dan aku mengira itu salat terakhir dalam

hidupku, aku hadirkan keikhlasan semampuku, dan aku pasrah, aku tidak tahu

apakah Allah akan menerimanya."

9. Memasang sutrah (pembatas salat).

Sebaiknya ketika salat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau

pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu

oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi. Rasulullah s.a.w.

bersabda, " Hendaklah kalian ketika salat menaruh pembatas di depannya agar

syetan tidak memutuskan salatnya." (Abu Dawud: sahih)

10. Memaknai takbiratul ihram

Ihram artinya mengharamkan, istilah takbiratul ihram karena takbir tersebut

mengharamkan perkara-perkara boleh dilakukan sebelum masuk ke dalam salat.

11. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.

Rasulullah s.a.w. bersabda," Kami para nabi diperintahkan agar dalam salat

meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad

menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah

dengan khusyu'. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap

seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih

mengantarkan kepada kekhusyu'an.

12. Membaca al-Quran dengan tartil.

Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an.

Allah berfirman,

"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam

hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua

itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-
lahan (tartil). (QS. Al-Muzammil: 1-4)

Sifat bacaan Nabi Saw.

Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam salat dengan

basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca

arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).

13. Membaca dengan suara merdu

Rasulullah s.a.w. berpesan, "Perindahlah al-Qur'an dengan suaramu yang merdu,

karena suara yang indah akan memperindah al-Quran" (Hakim:sahih). Dalam hadist

lain beliau bersabda, "Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran,

adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada

Allah. (Ibnu Majah: sahih).

14. Membaca dengan tadabbur.

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah

supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-
orang yang mempunyai fikiran." (QS. Shad: 29)

Dialog antara Allah dan hambanya dalam surat al-Fatihah

Rasulullah Saw. bersabda bahwa Allah Swt berfirman (dalam hadits qudsi), "Aku

membagi salat untuk-Ku dan untuk hamba-Ku menjadi dua bagian. Setengah

untuk-Ku, setengah lainnya untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku apa yang dia minta.

Jika hamba membaca "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" maka Allah Azza wa Jalla

mengatakan "Hamba-Ku memujiku", jika hamba membaca "ar rahmanirrahim"

maka Allah berkata, "hamba-Ku menyanjung-Ku ", jika hamba membaca "Maliki

Yaumiddin" maka Allah berkata "hamba-Ku mengagungkan-Ku", jika hamba

membaca "Iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in" maka Allah berkata, "Ayat ini

antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya", jika hamba

membaca," Ihdinash shiratal mustaqim, shiratal lazhina an`amta `alaihim ghairil

maghdhubi `alaihim waladh dhaliin" maka Allah berkata, "Itu semua untuk hamba-Ku,

dan bagi hamba-Ku itu apa yang dia minta."

15. Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud.

 Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika salat beliau menundukkan kepalanya, dan

pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim: sahih).

Nah, Bolehkah memejamkan mata dalam salat?

Pendapat sebagian orang yang melakukan salat dengan memejamkan mata dengan

dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhusyu'an. Sesungguhnya itu bertentangan

dengan contoh yang diberikan Rasulullah Saw. Beliau diriwayatkan tidak pernah

salat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat

mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat salat

hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan

tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata

terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat

salat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.

Larangan melihat ke atas

 Ketika salat, pandangan tidak boleh mengarah ke atas, berdasarkan hadits

Rasulullah Saw, "Ada orang-orang salat sambil menghadap ke atas, mudah-
mudahan matanya tidak kembali" (HR. Ahmad:sahih).

16. Perbanyak doa saat sujud

Berdoa dalam salat, khususnya saat sujud. Rasulullah Saw. bersabda, "Posisi yang

paling dekat antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah

berdoa ketika sujud" (Muslim).

17. Tumakninah

Tumakninah artinya tenang dan tidak tergesa-gesa, atau diam sejenak sehingga

dapat menyempurnakan rukun salat, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya

dapat berada pada tempatnya dengan sempurna. Tumakninah adalah salah satu

rukun salat, sehingga kalau terlewati maka salat seorang muslim tidak sempurna.

Diriwayatkan dalam hadits bahwa Rasulullah Saw. menyuruh seorang yang

salat tergesa-gesa dan tidak tumakninah. Beliau mengatakan, "Salatlah, karena

sebenarnya engkau belum salat"

Selain beberapa hal di atas, seorang yang ingin meraih khusyu perlu

melakukan beberapa langkah penting, walaupun tidak langsung berhubungan

dengan mekanisme palaksanaan salat, tapi akan sangat berpengaruh dalam meraih

khusyu dalam salat.

Pertama, taubat dan meninggalkan maksiat.

Imam Abu Hanifah berkata kepada muridnya yang sulit bangun malam untuk

qiyamullail," Dosamu membelenggumu).

Hati yang selalu disiram dengan istighfar kepada Allah akan selalu tersambung

kepada Allah, sedangkan hati yang selalu terisi oleh noda dosa dan maksiat akan

sulit tersambung kepada-Nya.

Kedua, latihan dan pembiasaan

Setiap orang akan merasa kesulitan setiap kali manjalani aktifitas yang baru.

Namun semakin lama seseorang berlatih dan membiasakan diri, maka perkara yang

awalnya sulit akan menjadi mudah.

Ketiga, berdoa kepada Allah agar diberikan khusyu dalam salat.

"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak

pernah kenyang, dari mata yang tidak dapat menangis (karena takut kepada Allah),

dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabulkan."

Penghalang khusyu

Kita sering merasa kesulitan untuk khusyu, padahal semua persiapan sudah kita

lakukan, mulai dari berangkat awal waktu ke masjid, mendengar bacaan imam,

berusaha memahami maknanya, dan semua persiapan teknis seputar salat.

Pada kondisi ini, mungkin kita harus banyak evaluasi dan muhasabah, karena

kemungkinan besar kita sedang menderita penyakit yang berbahaya.

Hati yang keras

Hati yang diliputi oleh noda maksiat akan redup sinarnya, sehingga sulit tersambung

kepada Allah. Hati yang terbiasa akrab dengan dosa, akan sulit menjalin kemesraan

dengan sang Khaliq.

Allah Swt mengigatkan hambanya agar menjauhi hal-hal yang mengeraskan hati,

menjauhkannya dari mengingat Allah. Allah Swt mencela Bani Israil yang hatinya

lebih keras dari batu karena menolak kebenaran.

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal

di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di

antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya

sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak

lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 74)

Kemudian mengingatkan kaum beriman agar tidak mengikuti langkah mereka. Allah

berfirman,

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka

mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah

mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya,

kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan

kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al Hadid: 16)

"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam

lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka

kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.

Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling

baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang (1) gemetar

karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit

dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia

menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak

ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. Azzumar: 22-23)

Perkara-perkara yang mengeraskan hati dan solusinya:

1. Tidak komitmen dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.

Ini pernah terjadi pada Bani Israel, mereka melanggar janji untuk berkomitmen

kepada aturan Allah, memalsukan firman-firman Allah, bahkan membuangnya

sesuka nafsu mereka.

"(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati

mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya

(2) , dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan

dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka

kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka ma’afkanlah mereka dan

biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al

Maidah:13)

 Maka, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk komitmen dalam

mentaati Allah. Seraya berdoa agar Allah mengutakan langkah dan hati agar

senantiasa istiqomah di dalamnya. Rasulullah Saw selalu berdoa, "Wahai Allah Dzat

yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu ". Beliau

juga selalu berdoa setelah salat ,"Ya Allah bantulah aku untuk selalu mengignat-Mu,

bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu."

2. Banyak bermaksiat, baik lisan, mata, atau anggota badan.

Maksiat yang kita lakukan akan membuahkan titik hitam yang menutup kejernihan

hati.

Allah Swt berfirman ,

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu (ran)menutup

hati mereka." (QS Al-Muthaffifin: 14)

Umar bin Khattab pernah mingingatkan, " Apabila kamu kehilangan lezatnya munajat

kepada Allah, manisnya membaca ayat-ayat Allah, khusyu hati saat menghadap-
Nya, dan jiwamu malas diajak melakukan ketaatan, waspadalah !! karena mungkin

dosa matamu sudah terlalu banyak."

 Nah, bagaimana cara menjernihkan hati yang sudah tertimbun noda hitam dosa?

Nabi Saw bersabda, "Sesungguhnya hati itu berkarat seperti berkaratnya besi" ,

sahabat bertanya, Wahai Rasulullah apa yang dapat membersihkannya? Beliau

menjawab, "tilawah al Quran."

Untuk membersihkan dosa maksiat sehingga hati kembali jernih, Rasulullah Saw

memberikan resep,

"Seorang hamba jika melakukan dosa, maka akan timbul dalam hatinya titik hitam.

Jika kemudian dia berhenti melakukan dosa itu lalu beristighfar dan bertobat maka

hatinya akan jernih kembali. Tapi jika dia kembali mengulang-ngulang dosa itu

maka kotoran hitam akan menyelimuti hatinya. Itulah ran yang Allah sebutkan (Sekali-
kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu (ran)menutup hati

mereka)" (HR. Tirmidzi)

3. Terlalu banyak bicara hal-hal yang menjauhkan dari mengingat Allah.

Rasulullah Saw. bersabda,

"Jangan terlalu banyak bicara dengan pembicaraan yang tidak mengingatkan kepada Allah

karena itu akan mengeraskan hati. Dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang keras

harinya. " (HR. Tirmidzi)

Oleh karena itu, seorang mukmin harus selalu menyadari bahwa setiap kata yang

keluar dari lidahnya tidak lepas dari catatan malaikat, "Tiada suatu ucapanpun yang

diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."(QS Qaf: 18)

"Aku menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan berdebat

walaupun dia benar, aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang

meninggalkan berbohong walaupun hanya untuk bercanda, dan rumah di surga yang

tertinggi bagi orang yang baik akhlaknya." (HR. Abu Daud)

4. Terlalu banyak tertawa dan bercanda.

"Janganlah memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati" (HT

Tirmidzi)

5. Panjang angan-angan dan lupa kematian

Rasulullah Saw. bersabda, "Aku minta izin kepada Allah untuk memohonkan ampun bagi

ibuku tapi tidak diizinkan, aku juga meminta izin untuk menziarahi kubur beliau maka Allah

mengizinkannya. Ziarahlah ke kubur karena itu mengingatkan kematian " (HR. Ahmad)

Was-was

Was- was adalah salah satu senjata setan untuk menggoda manusia. Setan sudah

memproklamasikan permusuhannya terhadap keturunan Adam setelah dirinya terusir

dari Surga.

Allah berfirman,

"Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar

akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan

mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.

Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).(QS Al A`raf: 16-17)

 Setan tidak pernah beristirahat menggoda manusia, bahkan pada saat salat bisikan

setan lebih ekstrim.

Gejala was-was baik dalam salat maupun yang lain bisa dilihat dengan jelas. Dalam

salat misalnya, ada orang yang mengulang-ulang takbiratul ihram berkali-kali,

mengulang bacaan dan huruf berkali-kali, bahkan ada yang membatalkan salatnya

di tengah jalan karena anggapan bahwa ada yang salah dalam salatnya. Dalam

wudlu biasanya orang yang terkena was-was akan mengulang-ulang membasuh

bagian wudlu, menghabiskan waktu dan air yang cukup banyak. Rasulullah Saw.

bersabda, "Sesungguhnya pada wudlu ada setan yang bernama Walhan, maka waspadalah

dari was-was pada air."

Bagaimanakah cara melepaskan diri dari was-was?

Di antara wasiat Rasulullah Saw untuk mencegah was-was adalah,

"Jika di antara kalian merasakan ada gerakan pada duburnya, kemudian ragu apakah

batal wudhunya atau tidak, hendaklah dia teruskan salatnya hingga mendengar suara atau

mencium bau." (HR. Ahmad)

" Apabila Rasulullah Saw buang air kecil, maka beliau berwudlu dan memercikkan air (ke

celananya )" (HR. Abu Daud). Hal ini dilakukan untuk mencegah was-was

Dalam fiqih, orang yang sudah yakin melakukan taharah kemudian ragu apakah

sudah hadats atau belum, maka dia tetap dalam kondisi suci (sudah thaharah). Dan

sebaliknya jika seseorang pada dasarnya yakin sudah hadats tapi kemudian ragu

apakah dia sudah thaharah atau belum, maka dia dihukumi masih hadats. Jadi ragu

tidak menggeser yakin.

Orang yang menderita was-was harus berani melawan bisikan dalam dirinya, dan

meyakini bahwa mengikuti was-was adalah tindakan yang bertentangan dengan

ajaran islam.

Dua hal di atas merupakan penghalang khusyu` yang sering dijumpai. Maka mari

sekuat tenaga kita menghindarkan diri dari perkara tersebut.

Penutup

Demikianlah beberapa langkah untuk meraih salat khusyu. Semoga Allah

memudahkan langkah dan menguatkan hati meraih kenikmatan khusyu, sehingga

salat kita berbuah kebaikan, menggugurkan dosa, menghalangi dari perilaku

keji, dan menjadi taman hati yang selalu dirindu, bukan rutinitas yang justru

membosankan. Wallahu A`lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar